Bab
1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kurikulum pendidikan harus bersifat dinamis, senantiasa berubah
menyesuaikan dengan keadaan suapaya dapat memantapkan belajar dan hasil
belajar. Dalam dunia pendidikan dibutuhkan yang dinamakan kurikulum yang membantu
dalam mencapai tujuan pendidikan Nasional. Berbagai jenis dalam pengembangan
kurikulum dipakai oleh pemerintahan Indonesia dalam mencapai cita-cita bangsa
yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mencetak generasi penerus bangsa yang
berakhlaq serta berbudi pekerti luhur. Hal ini perlu adanya kerja sama antara
Pemerintah pusat, administrator, kepala kantor wilayah pendidikan, kebudayaan,
serta peranan guru dalam pendidikan.
Banyak model yang dapat digunakan
dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum
bukan saja berdasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta
kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan
sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta konsep pendidikan yang
digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengolaan
yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang desentralisasi. Model
pengembangan dalam kurikulum yang bersifat subjek akademis berbeda dengan
kurikulum humanistik, teknologis dan rekonstruksi sosial.
1.2 Rumusan Masalah
A. Apakah
Kurikulum Subjek Akademis itu ?
B. Apakah
Kurikulum Humanistik itu ?
C. Apakah
Kurikulum Rekonstruksi Sosial itu ?
D. Apakah
Kurikulum Teknologi itu ?
E. Apa contoh kurikulum yang sesuai model konsep masing-masing
?
F. Jelaskan
kesesuaian model konsep kurikulum dengan
dokumen kurikulum terhadap Dimensi Kurikulum:
Ide
Dokumen
Aktivitas
Hasil Belajar
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui Kurikulum Subjek Akademis
2. Untuk
mengetahui Kurikulum humanistik
3. Untuk
mengetahui Kurikulum Rekonstruksi Sosial
4. Untuk
mengetahui Kurikulum Teknologi
5. Untuk
mengetahui contoh kurikulum
yang sesuai model konsep masing-masing
6. Untuk
mengetahui kesesuaian model konsep kurikulum dengan dokumen
kurikulum terhadap Dimensi Kurikulum:
Ide
Dokumen
Aktivitas
Hasil Belajar
BAB II
ISI
A. Subjek Akademis
Kurikulum subjek
akademis adalah model konsep kurikulum tertua dan masih sering dipakai sampai
saat ini, karena kurikulum ini cukup praktis, mudah disusun, mudah digabungkan
dengan tipe lainnya. Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik
(perenialisme dan esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Kurikulum ini
lebih mengutamakan isi pendidikan. Pada kurikulum ini, orang yang berhasil
dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi
pendidikan yang diberikan atau disiapkan oleh guru.
Isi pendidikan
disesuaikan dengan displin ilmu. Para pengembang kurikulum tidak perlu menyusun
dan mengembangkan bahan sendiri, melainkan cukup mengorgansisasi secara
sistematis mengenai isi materi yang dikembangkan para ahli disiplin ilmu,
sesuai dengan tujuan pendidikan dan tahap perkembangan siswa yang akan
mempelajarinya. Kurikulum ini sangat mengutamakan pengetahuan maka
pendidikannya lebih bersifat intelektual.
Kurikulum subjek
akademis tidak berarti hanya menekankan pada materi yang disampaikan, dalam
secara berangsur memperhatikan proses belajar yang dilakukan siswa. Salah satu
contoh kurikulum yang berdasarkan atas struktur pengetahuan adalahMan: A Course of Study (MACOS). MACOS
adalah kurikulum untuk sekolah dasar, terdiri atas buku-buku, film, poster,
rekaman, permainan, dan perlengkapan kelas lainnya. Kurikulum ini ditujukan
untuk mengadakan penyempurnaan tentang pengajaran ilmu sosial dan humanitas,
dengan pengarahan dan bimbingan Brunner. Sasaran utama kurikulum MACOS adalah
perkembangan kemampuan intelektual, yaitu membangkitkan penghargaan dan
keyakinan akan kemampuan sendiri dan memberikan serangkaian cara kerja yang
memungkinkan anak walaupun dengan cara sederhana mampu menganalisis kehidupan
sosial.
B.Humanistik
Kurikulum ini
berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (persoznalized educationi)yaitu John Dewey dan J.J. Rousseau.
Konsep ini lebih mengutamakan siswa yang merupakan subjek yang menjadi pusat
utama kegiatan pendidikan. Selain itu, pendidik humanis lebih juga berpegang
pada konsep Gestalt, bahwa seorang anak merupakan satu kesatuan yang
menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada membina manusia yang utuh bukan saja
dari segi fisik dan intelektual tetapi juga segi sosial dan afektif (emosi,
sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain).
Ada tiga aliran yang termasuk dalam
pendidikan humanistik, yaitu:
1. Pendidikan
Konfluen, menekankan keutuhan pribadi, individu harus merespons secara
utuh (baik segi pikiran, perasaan, maupun tindakan), terhadap kesaruan yang
menyeluruh dari lingkungan.
2. Kritikisme Radikal, pendidikan
sebagai upaya untuk membantu anak menemukan dan mengembangkan sendiri segala
potensi yang dimilikinya.
3. Mistikisme Modern, yaitu
aliran yang menekankan latihan dan pengembangan kepekaan perasaan, kehalusan
budi pekerti, melalui sensitivity
training, yoga, meditasi, dan sebagainya.Kurikulum konfluen
memiliki ciri-ciri utama sebagai berikut:
1. Partispasi, kurikulum ini
menekankan partisipasi murid dalam belajar.
2. Integrasi, adanya interaksi,
interpenetrasi, dan integrasi dari pemikiran, perasaan dan juga tindakan.
3. Relevasi, adanya kerelevanan is
kurikulum antara kebutuhan, minat dan kehidupan murid.
4. Pribadi anak, memberikan tempat utama pada pribadi anak
untuk berkembang dan beraktualisasi potensi secara utuh.
5. Tujuan, memiliki tujuan
mengembangka pribadi yang utuh.
Dalam evaluasi,
kurikulum humanistik lebih mengutamakan proses dari pada hasil, dan tidak
memiliki kriteria pencapaian. Sasaran kurikulum ini adalah perkembangan anak
agar menjadi manusia yang lebih terbuka dan lebih mandiri.
C.
Rekonstruksi Sosial
Kurikulum ini lebih
memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat.
Pada kurikulum ini, pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama,
interaksi, dan kerja sama. Kerja sama dan interaksi yag terjadi bukan hanya
antara guru dan siswa, melainkan antara siswa dengan siswa, siswa dengan
lingkungan serta siswa dengan sumber belajar lainnya.
Pandangan rekonstruksi
sosial di dalam kurikulum dimulai sekitar tahun 1920-an. Harold Rug melihat
adanya kesenjangan antara kurikulum dengan masyarakat. Rug menginginkan siswa
dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah sosial sehingga
diharapkan dapat menciptakan masyarakat baru yang lebih stabil.
Theodore Brameld, pada
awal tahu 1950-an menyampaikan gagasanya tentang rekonstruksi sosial. Untuk
melaksanakan hal itu, sekolah mempunyai kewajiban membantu individu
mengembangkan kemampuan sosialnya dan membantu bagaimana berpartisipasi
sebaik-baiknya dalam kegiatan sosial.
Ciri-ciri desain kurikulum rekonstruksi
sosial adalah sebagai berikut:
1. Bertujuan utama
menghadapkan para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau
gangguan-gangguan yang dihadapi manusia dalam masyarakat.
2. Kegiatan belajar
dipusatkan pada masalah-masalah sosial yang mendesak.
3. Pola-pola organsasi
kurikulum ini disusun seperti sebuah roda, ditengah-tengahnya sebagai poros
merupakan masalah yang menjadi tema utama.
a) Tujuan dan isi kurikulum.
Tujuan program pendidikan setiap tahun
berubah.
b) Metode.
Bagi rekonstruksi
sosial, belajar merupakan kegiatan bersama, ada kebergantungan antara seorang
dengan lainnya, tidak ada kompetisi, yag ada adalah kerjasama, pengertian dan
konsensus.
c) Evaluasi.
Siswa dilibatkan dalam memilih,
menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan.
Untuk pelaksanaan
pengajaran rekonsruksi sosial, Harold G. Shane menyarankan para pengembang
kurikulum, agar mempelajari kecenderungan (trends) perkembangan. Kecenderungan
utama adalah perkembangan teknologi dengan berbagai dampaknya terhadap kondisi
dan perkembangan masyarakat. Kecenderungan lain adalah perkembangan ekonomi,
politik, sosial, dan budaya.
D.Teknologi
Perkembangan teknologi
pada abad ini sangatlah pesat. Perkembangan teknologi tersebut mempengaruhi
semua bidang, termasuk bidang pendidikan. Sejak dulu pendidikan telah
menggunakan teknologi, seperti papan tulis, kapur, dan lain-lain. Namun,
sekarang seiring dengan kemajuan teknologi banyak alat (tool)
seperti audio,video, overhead
projector, film slide, dan motion film, serta banyak alat-alat lainnya.
Penerapan teknologi
dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum dibagi dalam dua bentuk, yaitu:
1. Perangkat lunak (software) atau disebut juga
teknologi sistem (system technology). Pada
bentuk ini, lebih menekankan kepada penggunaan alat-alat teknologis yang
menunjang efisiensi dan efektivitas pendidikan.
2. Perangkat keras (hardware) atau sering disebut
juga teknologi alat (tools
technology). Pada bentuk ini, lebih menekankan kepada penyusuna
program pengajaran atau rencana pelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem.
Ciri-ciri kurikulum yang dikembangkan
dari konsep teknologis pendidikan (kurikulum teknologis), yaitu:
a. Tujuan diarahkan pada penguasaan
kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang bersifat
umum yaitu kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut
objektif atau tujuan instruksional.
b. Metode yang digunakan
biasanya bersifat individual, kemudian pada saat tertentu ada tugas-tugas yang
harus dikerjakan secara kelompok. Pelaksanaan pengajaran mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut.
- Penegasan
tujuan kepada siswa.
- Pelaksanaan
pengajaran
- Pengetahuan
tentang hasil
- Organisasi
bahan ajar
- Evaluasi
Pengembangan kurikulum
teknologis berpegang pada beberapa kriteria, yaitu:
1. Prosedur pengembagan kurikulum
dinilai dan disempurnakan oleh pengembang kurikulum yang lain.
2. Hasil pengembangan
terutama yang berbentuk model adalah yang bisa diuji coba ulang, dan hendaknya
memberikan hasil yang sama.
Inti dari pengembangan
kurikulum teknologis adalah penekanan pada kompetensi. Pengembangan dan
penggunaan alat dan media pengajaran bukan hanya sebagai alat bantu tetapi
bersatu dengan program pengajaran dan ditujukan pada penguasaan kompetensi
tertentu.
Dalam pengembangan
kurikulum teknologis kerjasama dengan para penyusun program dan penerbit media
elektronik serta media cetak. Pengembangan pengajaran yang betul-betul
berstruktur dan bersatu dengan alat dan media membutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Ini merupakan hambatan utama dalam pengembangan kurikulum teknologis.
B. Dimensi dalam
Model Kurikulum Teknologi
Ide
Pengertian
kurikulum sebagai dimensi yang berkaitan dengan ide pada dasarnya mengandung
makna bahwa kurikulum itu adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman
dalam pengembangan kurikulum selanjutnya Misalkan Suatu kurikulum dapat juga
mengacu pada suatu dokumen Yang berisi rumusan tentang tujuan bahan ajar,
kegiaan belajar mengajar, jatwal,dan evaluasi.Suatu
kurikuum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan
bersama antaran penyusun kurikulum dan pemengang kebijakan pendidikan dan
masyarakat.Memandang kurkulum sebagai bagian dari sistem persekolahan sitem
pendidikan, dan bahkan sistem masyarakat.Suatu siste kurikulum mencangkup
sistem personalia dan prosedur kerja bagaiman cara menyusun kurikulum
melaksanakan, mengevaluasi,dan menyepurnakan . kurikulum
dimana wewenang menentukan ada pada pengambil kebijakan urtuk suatu lembaga
pendidikan. Sedangkan Implementasi kurikulum berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum
di lapangan (lembaga pendidikan/kelas) dimana yang menjadi pengembang dan
penentu adaIah dosen/tenaga kependidikan. kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui
teori-teori dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan. Kurikulum sebagai suatu ide/gagasan (dimensi ide)
Berkenaan dengan landasan filosofis dan berkaitan dengan: landasan teori (teori belajar, model dan desain kurikulum yang digunakan). Pengertian kurikulum sebagai dimensi berkaitan dengan ide pada dasarnya mengandung makna bahwa kurikulum itu adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman dalam pengembangan kurikulum selanjutnya. proses penyusunan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kemampuan daerah, melibatkan stakeholder pendidikan, dan akuntabel. Perencanaan yang baik memiliki karakteristik tersendiri, yaitu perencanaan seharusnya sesederhana mungkin namun harus jelas kaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya sehingga mudah dipahami dan diimplementasikan. Perencanaan juga harus memiliki isi yang sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat dan sesuai dengan kapasitas daerah untuk melaksanakannya, serta terukur sehingga mudah untuk dilihat hasil yang telah dicapai dengan pengukuran yang dapat dilakukan dengan trsedianya data yang akurat dan mutakhir dari waktu ke waktu. Perencanaan harus benar-benar dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan program dan kegiatan.sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswaa dengan petunjuk institusi pendidikan yang isinya berupa proses yang statis ataupun dinams dan kompetensi yang harus dimiliki.dimensi ide dalam kurikulum harus bisa menunjang prestasi dalam pembelajaran yang ada.
Berkenaan dengan landasan filosofis dan berkaitan dengan: landasan teori (teori belajar, model dan desain kurikulum yang digunakan). Pengertian kurikulum sebagai dimensi berkaitan dengan ide pada dasarnya mengandung makna bahwa kurikulum itu adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman dalam pengembangan kurikulum selanjutnya. proses penyusunan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kemampuan daerah, melibatkan stakeholder pendidikan, dan akuntabel. Perencanaan yang baik memiliki karakteristik tersendiri, yaitu perencanaan seharusnya sesederhana mungkin namun harus jelas kaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya sehingga mudah dipahami dan diimplementasikan. Perencanaan juga harus memiliki isi yang sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat dan sesuai dengan kapasitas daerah untuk melaksanakannya, serta terukur sehingga mudah untuk dilihat hasil yang telah dicapai dengan pengukuran yang dapat dilakukan dengan trsedianya data yang akurat dan mutakhir dari waktu ke waktu. Perencanaan harus benar-benar dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan program dan kegiatan.sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswaa dengan petunjuk institusi pendidikan yang isinya berupa proses yang statis ataupun dinams dan kompetensi yang harus dimiliki.dimensi ide dalam kurikulum harus bisa menunjang prestasi dalam pembelajaran yang ada.
Dokumen
Ini
merupakan contoh dimensi dokumen tentang model kurikulum teknologi. Kami
memberi contoh tentang Silabus SMK.
SILABUS
MULTIMEDIA Ke-II SMK/MAK
NAMA SEKOLAH : SMK / MAK
MATA PELAJARAN : Multimedia
KODE KOMPETENSI : MMP.IC.02.004.01
ALOKASI WAKTU : 54 X 45 menit
NAMA SEKOLAH : SMK / MAK
MATA PELAJARAN : Multimedia
KODE KOMPETENSI : MMP.IC.02.004.01
ALOKASI WAKTU : 54 X 45 menit
- STANDAR KOMPETENSI
Menggabungkan Gambar 2D ke dalam Sajian Multimedia - KOMPETENSI DASAR
Bekerja dengan gambar digital - INDIKATOR
- Istilah yang benar untuk gambar digital digunakan dalam konteks yang spesifik
- Penggunaan range format file grafik, manajemen file dan sistem pemindahan ditampilkan secara benar, termasuk penyimpanan, importing, exporting, dan pemindahan gambar digital sebagai file elektronik
- Program software untuk mengedit grafik bitmap dan vektor kontemporer diidentifikasi dan fitur-fiturnya dijelaskan
- Properties gambar vektor dan bitmap diidentifikasi dan fitur-fiturnya dijelaskan
- Konversi dari bitmap ke gambar vektor dan sebaliknya ditampilkan untuk pekerjaan spesifik
- Peralatan scanning dioperasikan secara benar untuk mengkonversikan nada atau garis gambar berkelanjutan ke data digital, dengan memperhatikan detil nada, halftone, resolusi dan koreksi gambar
- MATERI PEMBELAJARAN
- Gambar digital
- Pengoperasian software multimedia pengolah gambar digital
- Pemindaian gambar
- KEGIATAN PEMBELAJARAN
- Mengidentifikasi penyusunan gambar digital dengan benar
- Menjelaskan perbedaan antara gambar digital berbasis vektor dengan gambar digital berbasis raster
- Memahami penggunaan format file gambar untuk kegiatan multimedia lebih lanjut
- Mengatur file gambar (menyimpan, mengimpor, mengekspor dan memindah)
- Memilih software multimedia pengolah gambar digital sesuai dengan kebutuhan dengan tepat
- Menjalankan software multimedia pengolah gambar sesuai dengan prosedur
- Mengidentifikasi bagian-bagian software multimedia pengolah gambar dan mengetahui penggunaannya dengan benar
- Mempelajari penggunaan fitur-fitur yang tersedia untuk menghasilkan gambar digital sesuai dengan kebutuhan
- Mempelajari sifat-sifat gambar digital yang dapat diolah lebih lanjut
- Menjelaskan sifat-sifat gambar digital
- Menyimpan gambar digital dalam format yang ditentukan
- Mengekspor gambar digital
- Mengimpor gambar digital
- Mengkonversi gambar digital ke format tertentu
- Menghubungkan alat pemindai ke komputer sesuai dengan prosedur
- Menginstall driver alat pemindai bila dibutuhkan sesuai dengan prosedur
- Menjalankan alat pemindai gambar sesuai dengan prosedur
- Menentukan gambar cetak yang akan dipindai (majalah, photo, gambar tangan, koran)
- Meletakkan gambar cetak yang akan dipindai ke dalam alat pindai dengan benar
- Melakukan pemindaian gambar cetak melalui software multimedia pengolah gambar dengan benar
- Mengatur opsi-opsi pemindaian sesuai dengan kebutuhan
- Melakukan koreksi dan mengatur sifat-sifat gambar digital hasil pemindaian untuk pekerjaan lebih lanjut
- Menyimpan gambar digital ke dalam format tertentu
- Menutup software multimedia pengolah gambar sesuai dengan prosedur
- Mematikan alat pemindai gambar sesuai dengan prosedur
- PENILAIAN
- Observeasi
- Ujian lisan
- Ujian tulis
- Portofolio
- Ujian praktek
- SUMBER BELAJAR
- Gambar digital
- Komputer
- Software multimedia pengolah gambar digital
- Scanner
- Gambar cetak
- Gambar tangan
- Komputer
Aktivitas
SMK atau Sekolah Menengah Kejuruan merupakan sekolah yang mencetak
siswanya agar bisa siap kerja. SMK merupakan salah satu tangga menuju lapangan
kerja. Mengingat sekarang ini persaingan di dunia kerja begitu ketat, sedangkan
lowongan yang disediakan sedikit, dampaknya terjadi ledakan pengangguran.
Masalah pengangguran merupakan pekerjaan utama negara. Jika masalah
pengangguran tak selesaikan, maka memicu tindak kriminal karena faktor
ekonomi. Indonesia tak mau mimpi buruk ini terjadi, masalah pengangguran
harus lekas diatasi, langkah-langkah nyata adalah mengundang investor asing
guna menanamkan modal di Indonesia, dengan membuka industri padat karya.
SMK membangun sarana pendidikan formal yang berorientasi
kerja. SMK merupakan salah satu tangga untuk menyelesaikan
masalah pengangguran. Pemerintah begitu serius menggarap SMK agar lulusan SMK
bisa langsung diserap oleh industri yang memerlukan tenaga kerja muda yang
terampil.
Pengalaman kerja menjadi salah satu tangga penolong bagi pencari
kerja. Sekarang ini, salah satu syarat yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah
memiliki pengalaman kerja untuk bidang tertentu. Begitu berhargannya pengalaman
kerja sehingga mampu mengalahkan gelar sarjana S1. Guna menambah pengalaman
kerja, SMK bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang sesuai dengan
jurusan. Kerja sama ini dalam bentuk, perusahaan memberi kesempatan kerja
praktik bagi siswa SMK.
Rahasia berikutnya adalah pengalaman kerja. Hal ini merupakan tangga
yang penting memenangkan persaingan kerja adalah pengalaman, dengan memiliki
pengalaman kerja, si pencari kerja bisa langsung mengerjakan apa yang dia
perintahkan oleh atasannya tanpa ada bingung lagi. Sementara, bagi
perusahaan, tak perlu lagi mengeluarkan tenaga dan biaya untuk mengadakan
job training bagi pegawai baru.
SMK atau Sekolah Menengah Kejuruan merupakan sekolah yang mencetak
lulusan siswanya agar bisa siap kerja. Di SMK ini banyak jurusan yang bisa
dipilih siswa-siswanya sesuai minat dan bakat yang dimiliki. Ada SMK Otomotif,
SMK Perhotelan, SMK Informasi dan Komunikasi, dan masih banyak lagi.
Di SMK ini sistem
pembelajarannya beda sama di SMA, jika di SMA lebih mengutamakan teori daripada
prakteknya. Namun sebaliknya, di SMK
lebih mengutamakan praktek daripada teori.
Hal tersebut dapat
dilihat dari siswa-siswa SMK yang lebih sering magang di suatu tempat sesuai
dengan jurusan mereka. Misalnya, SMK Otomotif mereka magang di bengkel-bengkel
tertentu.
Hasil Belajar
Salah satu kegiatan yang berkaitan dengan tingkat
keprofesionalan guru di dalam pencapaian kualitas hasil belajar adalah evaluasi
hasil belajar. Hasil belajar yang dievaluasi adalah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang diperoleh peserta didik melalui pembelajaran di kelas ataupun di
bengkel (laboratorium). Evaluasi dilakukan pada dasarnya bertujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan suatu program. Dalam kaitannya dengan program
pendidikan,tujuan evaluasi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) untuk
memperoleh data yang mendukung tingkat ketercapaian kompetensi dan tingkat
keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler setelah mereka
mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, dan (2) untuk
mengetahui tingkat efektivitas metode-metode pengajaran yang telah digunakan
oleh pengajar. Dari referensi ini dapat dipahami bahwa kegiatan evaluasi adalah
mengevaluasi hasil belajar yang tujuan utamanya adalah untuk mengetahui
sejauhmana penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang harus dikuasai
sebagaimana yang telah dirumuskan pada profil kompetensi lulusan.
Proses pembelajaran di SMK memiliki perbedaan yang khas dibandingkan
dengan pembelajaran di Sekolah Menengah Umum (SMU). Salah satu ciri khasnya
adalah adanya proses pembelajaran keterampilan di laboratorium atau bengkel dan
adanya kegiatan Praktik Kerja Lapangan/Industri (PKL). Dengan demikian, hasil
belajar peserta didik merupakan gabungan hasil belajar teori di kelas dengan
praktik di bengkel. Berdasarkan buku Pedoman
Evaluasi Hasil Belajar SMK tahun 1999 ditetapkan bahwa evaluasi
hasil belajar adalah kegiatan pengukuran dan penilaian penguasaan peserta didik
terhadap tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan sebelum berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar. Pengukuran hasil belajar adalah proses
membandingkanantara pencapaian hasil belajar peserta didik dalam suatu
kemampuan dengan kriteria yang dipersyaratkan. Hasil dari pengukuran tersebut
berupa skor untuk kemampuan yang bersangkutan. Berdasarkan uraian ini dalam
kegiatan evaluasi selalu melibatkan kegiatan pengukuran dan penilaian.
Pengukuran
adalah proses pemberian bilangan atau angka
pada objek-objek atau sesuatu kejadian menurut aturan tertentu (Kerlinger,
1993), peng-ukuran terdiri dari aturan-aturan tertentu untuk memberikan angka
atau bilangan kepada objek dengan cara tertentu pula sehingga angka itu dapat
mempresentasikan dalam bentuk kuantitatif sifat-sifat dari objek tersebut.
Jadi, inti dari pengukuran adalah memberi bentuk kuantitatif pada objek atau
kejadian dengan memperhatikan aturan-aturan tertentu sehingga bentuk
kuantitatif tersebut betul-betul menunjukkan keadaaan yang sebenarnya dari
objek yang diukur. Dalam hal ini, objek yang diukur adalah pengetahuan, sikap,
dan keterampilan sebagai satu kesatuan yang utuh yang menunjukkan kualitas
perilaku hasil belajar dari peserta didik.
Penilaian merupakan suatu kegiatan untuk menentukan tingkat atau derajat
sesuatu objek atau kejadian yang didasarkan atas hasil pengukuran objek
tersebut. Dalam dunia pendidikan, penilaian merupakan usaha formal untuk
menetapkan tingkat atau derajat peserta didik berdasarkan ubahan pendidik-an yang
diinginkan (Popham, 1985). Menurut Hill(1997), penilaian adalah kegiatan
mengolah informasi yang diperoleh melalui pengukuran untuk meng-analisis dan
mempertimbangkan unjuk kerja peserta didik pada tugas-tugas yang relevan.
Kegiatan ini juga digunakan untuk menilai materi, program, atau
kebijakan-kebijakan dengan maksud untuk menetapkan nilai kelayakan peserta
didik. Jadi, penilaian pada dasarnya merupakan suatu kegiatan formal untuk
menentukan tingkat atau status, penafsiran dan deksripsi hasil pengukuran hasil
belajar peserta didik dibandingkan dengan aturan tertentu.
Evaluasi dilakukan terhadap informasi hasil pengukuran dan penilaian. Hasil pengukuran berbentuk skor
(angka) yang kemudian skor ini dinilai dan ditafsirkan berdasarkan aturan untuk
ditentukan tingkat kemampuan seseorang. Dari hasil proses penilaian ini
kemudian dilakukan evaluasi untuk menentukan tingkat keberhasilan seseorang
atau suatu program. Dalam dunia pendidikan, menilai sering diartikan sama
dengan melakukan evaluasi. Kegiatan menilai dan mengevaluasi umumnya dilakukan
oleh guru yang bersangkutan. Perbedaan antara kedua kata tersebut terletak
pada pemanfaatan informasi
BAB
III
PENUTUP
3.1 Penutup
Kurikulum adalah Rencana
pendidikan yang dilaksanakan dalam suatu lembaga pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan secara maksimal. Dalam kurikulum,kita harus mengetahui
kebutuhan apa yang akan diperlukan oleh peserta didik. Sehingga,tercapai tujuan
pendidikan secara maksimal.
Perkembangan teknologi pada abad ini sangatlah pesat. Perkembangan
teknologi tersebut mempengaruhi semua bidang, termasuk bidang pendidikan. Sejak
dulu pendidikan telah menggunakan teknologi, seperti papan tulis, kapur, dan
lain-lain. Namun, sekarang seiring dengan kemajuan teknologi banyak
alat (tool) seperti audio,video, overhead
projector, film slide, dan motion film, serta banyak alat-alat lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Sukmadinata, Nana (2010) . Pengembangan Kurikulum dan Teori Praktek.Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya .
http://youngbloodjogja.blogspot.com/2011/06/Kurikulum dan
Dimensi kurikulums.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar