TEORI KRITIS
Teori
Kritis dikemukakan oleh sekelompok ilmuan dari sekolah frankfurt,yakni Max
Horkheimer, Theodor Adorno ,Erich Fromm,Herbert Marcuse,dan Jurgen
Habermas,teori yang mereka kemukakan adalah Teori Kritis (Critical Theory)
karena karya-karya mereka adalah melakukan Kritik dalam berbagai hal dalam
kehidupan masyarakat.
TEORI KRITIS DALAM PENDIDIKAN
Poin
1
dalam teori kritis,lingkungan dan masa dapat berpengaruh terhadap
hasil yang objektif,ini berarti Sedikit banyaknya Pengetahuan yang didapat oleh
peserta didik bukan hanya berasal dari intelegensi yang dimiliki, namun
lingkungan tempat belajar juga berpengaruh terhadap hasil pencapaian, misalnya
perbedaan antara kegiatan pembelajaran di kota dan di desa,pada umumnya,
pelajar di kota memiliki sifat individualis yang tinggi,dan memiliki ketergantungan
terhadap teknologi.
lembaga pendidikan di kota
juga terjamin dengan sarana yang memadai,berbeda dengan kegitan belajar di desa, sikap sosialis masih sangat kental,
sedangkan akses dan pengetahuan terhadap teknologi sangat terbatas. Fasilitas
pendidikan di desa juga tidak selengkap fasilitas pendidikan di
kota,faktor-faktor inilah yang menyebabkan perbedaan kompetensi, apabila
pelajar yang berasal dari kota belajar di desa,maka akan sulit
bersosialisasi,namun sudah menguasai teknologi, begitu pula sebaliknya, apabila
pelajar dari desa berpindah ke kota. Maka mudah bersosialisasi,walaupun
teman-teman di sekelilingnya bersifat individualis, sebaliknya pada penguasaan
teknologi,pelajar dari desa perlu belajar lagi untuk menyesuaikan perkembangan
teknologi.
Suasana belajar di kota juga berbeda dengan suasana belajar di
desa. Kondisi lingkungan yang masih alami,udara yang segar dan jauh dari
keramaian membuat pelajar yang berasal dari desa lebih cepat menerima pelajaran
yang diberikan oleh guru, dibandingkan pelajar dari kota,yang kegiatan belajarnya
kadang terganggu oleh kebisingan lalu lintas.
Dalam penerapannya,teori kritis dapat diterapkan untuk membentuk
lingkungan belajar yang kondusif,namun juga harus didukung dengan kompetensi
guru yang bagus. Diharapkan dengan teori ini,sarana dan prasarana dalam lembaga
pendidikan semakin meningkat.sehingga lulusan yang dihasilkan berkualitas baik
dikarenakan faktor-faktor lingkungan juga mempengaruhi hasil pencapaian.
Poin
2
Dalam teori kritis, dijelaskan bahwa
tidak boleh mengabaikan nilai-nilai dalam sebuah karya,para kritikus tidak
setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa ilmu sosial itu bebas nilai,
dalam hal pendidikan, menurut saya, apabila poin 2 diterapkan dalam
lembaga pendidikan,akan berpengaruh terhadap proses sosialisasi seorang pelajar,dimana
seorang pelajar diharapkan mampu menyertakan nilai-nilai dalam pergaulan dan
proses pembelajaran,baik itu nilai sosial,religius, maupun nilai-nilai
lainnya,sehingga selain menguasai pengetahuan,siswa juga mengerti nilai-nilai
serta norma sosial dalam masyarakat yang dapat berguna apabila kelak
diterjunkan di masyarakat
penerapan teori kritis juga akan berpengaruh terhadap kinerja seorang
guru,dimana dalam pengajarannya,guru didorong untuk menerapkan nilai-nilai
sosial,religius,Dsb. Sehingga menjadi contoh bagi siswa.dengan ini diharapkan
terciptanya perubahan sosial pada siswa.
Poin
3
Pada teori kritis disebutkan bahwa
sosiologi dianggapnya sibuk dengan pengembangan metode ilmiah dan tidak perduli
dengan nasib banyak orang,sosiologi harusnya menjadi agen perubahan sosial.
Menurut saya,apabila poin ketiga ini
diterapkan dalam pendidikan, akan berpengaruh terhadap pola pikir siswa didik,
dimana siswa didik akan berpikir sistematik namun juga tidak mengesampingkan
fungsi mereka kelak,yakni menjadi agen perubahan sosial yang langsung terjun ke
masyarakat. Pada poin ketiga ini, sudah dapat kita lihat penerapannya dalam
lembaga pendidikan,dimana siswa selain dibekali dengan pengetahuan yang
mencukupi juga diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi diri maupun
bergabung dalam organisasi dalam lembaga/instansi tempat mereka
belajar,misalnya dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler maupun
organisasi,misalnya OSIS.sehingga siswa tidak hanya memiliki hard skill. Namun
juga ditunjang oleh soft skill yang bagus.
Poin
4
Pada Teori kritis juga dijelaskan
bahwa penyebab utama problem-problem sosial dalam masyarakat modern telah
mengalami pergeseran dari sebab ekonomi ke sebab-sebab rasionalitas.
Rasionalitas dibedakan menjadi dua,yakni rasionalitas formal dan rasionalitas
subtansif
Apabila rasionalitas formal
diterapkan dalam kegiatan pendidikan,maka akan terjadi usaha pencapaian tujuan yang telah didefinisikan
oleh pimpinan lembaga/instansi pendidikan yang bersangkutan. Misalnya : sebuah
sekolah mempunyai visi bahwa pada 5
tahun mendatang sekolah tersebut akan menjadi sekolah berstandard
internasional, disini peran seorang kepala sekolah sangat diperlukan untuk
merumuskan langkah-langkah apa saja yang harus dijalankan untuk mencapai
tujuan, sedangkan pihak guru,siswa dan segenap pegawai sekolah berperan sebagai
pelaksana tercapainya tujuan tersebut
Apabila rasionalitas substansif
diterapkan dalam kegiatan pendidikan,maka akan terjadi usaha untuk menjalankan
visi,namun tetap memperhatikan kemampuan segenap elemen yang berperan mencapai
tujuan tsb, sehingga dengan hal tersebut dapat diperoleh metode dan cara yang
tepat untuk mencapai tujuan,namun sesuai dengan kemampuan elemen pendukung
Poin
5
Herbert Marcuse menyatakan bahwa teknologi adalah suatu metode yang
paling efektif untuk mengontrol individu dari luar,dia tidak percaya bahwa
teknologi bersifat netral, sebaliknya ia melihat teknologi adalah alat untuk
mempengaruhi dan mendominasi orang lain
Apabila Poin ketiga ini diterapkan dalam sistem/proses pendidikan,
maka akan tercipta yang dinamakan “pendidikan yang berbasis teknologi” dimana
teknologi berperan besar dalam proses pendidikan yang pada akhirnya dapat
menciptakan lulusan yang kompeten di bidang teknologi, saat ini perkembangan
internet sudah sangat pesat, sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa kelak
internet menjadi sumber utama ilmu pengetahuan menggantikan fungsi buku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar